Foto pada ilustrasi di atas ini merupakan potret sekolah PERTI yang berada di Tanjung Enim (Palembang) berdiri pada tanggal 25 Mei 1956, dengan pimpinan dan gurunya: Subi Umar, Bahar Anwar Thalib dan Moh. Jasul, perkembangannya di era tahun 1970-an. Selain di Tanjung Enim, ada banyak tokoh PERTI di Sumatera Selatan, namun tidak banyak data mengenainya, apakah juga mendirikan Sekolah/MTI di daerahnya, nampaknya perlu penelusuran lebih lanjut, di antara tokoh atau ulama tersebut adalah Chatib Basri dari Sekayu (Palembang), Zaini dari Tanjung Raja (Ogan Ilir, Palembang), dan A. Rahman Saleh dari Pendopo (Empat Lawang, Palembang), keduanya selalu membantu dalam keuangan majalah PERTI, termasuk Kiai H. Anwar dan Raden Hamid Siradj Jabar penyumbang terbesar.
Perkembangan PERTI sendiri seiring waktu baru berkembang di era tahun 50-an, tokohnya berasal dari Penesak, yaitu Maulana Syekh H. Anwar (1902-1959) dari Seribandung (Ogan Ilir, Palembang) -meski sudah dalam bentuk partai. Selain beliau, tokoh PERTI lain di desa Seribandung adalah anak beliau sendiri Drs. Kiai H. Ahya’uddin dan Kiai H. Fakhrurrazi, Lc.Th., Kiai H. Fakhrurrazi sendiri pernah menjadi Tim Redaksi bagi Madjalah Madrasah Rakjat untuk wilayah Sumsel, sedangkan wilayah lain antaranya Kiai H. Muhibuddin Wali (Aceh), Hamid Siradz (Jabar), Sullam Samsun (Jatim), dan lainnya, untuk wilayah luar negeri antaranya Tan Pahlawan (Cairo), Ch. Sjaukani (Hidjaz), Zakir Halim (Polandia), dan A.D. Mangiang (Den Haag).
Secara historis peran dari pendiri Pontren Nurul Islam Seribandung ini (1932 M.) bermula pada tahun 1953 sebagai Koord. Partai Islam PERTI untuk wilayah Kab. OKI (sekarang Ogan Ilir), sebelumnya beliau aktif di Masyumi tahun 1945-1947. Ketua Umum Perwakilan Pengurus Besar Partai Islam PERTI di Sumatera Selatan sendiri dijabat oleh Kiai H. Asjmawie (l. 1908) pada tahun 1956, seorang ulama dari Sumatera Barat dan pernah menjadi anggota Konstituante serta selama 25 tahun mengajar di Sekolah PERTI Malabro Benkulen. Jauh sebelum itu, berdasarkan data dari Jeroen Peeters pada tahun 1934 NU sudah mendirikan cabangnya di wilayah Palembang, terpilih sebagai rais pertamanya adalah Sayyid Muhammad Salim Alkaf murid dari Kiai H. Abdullah Azhari (Ki Pedatuan). Sementara Organisasi Muhammadiyah terbentuk pada tahun 1931 diketuai oleh Zainal Abidin Jambek beranggotakan orang Jawa, Minang dan Palembang. Tiga organisasi besar yang banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan keagamaan di Nusantara, banyak lagi organisasi Islam yang berperan dalam pra kemerdekaan.
Meski PERTI di era Kiai H. Anwar telah bertransformasi menjadi sebuah partai politik (tepatnya pada tanggal 22 November 1945), tetapi wujud cita-cita dalam pengembangan agama di pendidikan tetaplah terus berjalan, hampir di setiap daerah di Indonesia telah berdiri sekolah-sekolah PERTI, seperti Candung, Bukittinggi (tempat lahirnya PERTI), di Pakjo (Palembang), di Labuhan Haji Aceh, di Jaho Padang Panjang, di Rantau Panjang (Sekayu Palembang), di Curup Bengkulu, di Baruga Majene Sulawesi, di Seribandung Palembang dan tempat lainnya.
Jauh sebelum Kiai H. Anwar bergabung di PERTI (1953), tahun 1951 (atau juga sebelum tahun itu) telah sering berjumpa dengan Buya H. Sirojuddin Abbas dan para tokoh PERTI lainnya, Seperti Buya Datuk Maninjum, Syekh H. Sulaiman Arrasuli, Syekh H. Muhammad Wali al-Khalidi dan lainnya.
Ketokohan ulama PERTI dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam di Indonesia memberikan warna bagi keberlangsungan generasi-generasi dari masa ke masa.[]
Indralaya, 24 Januari 2020 [15.06 WIB]
Leave a Review