Sikap Wajar Anak Siak di Tengah Wacana Keislaman Akademis
Selepas menyelesaikan kaji di surau atau madrasah-madrasah, anak siak melanjutkan aspirasi pendidikannya ke perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi Islam. Di perguruan tinggi anak siak menghadapi tantangan yang jika tidak disikapi dengan baik, akan melahirkan masalah.

Tantangan itu adalah sistem pendidikan perguruan tinggi yang mengharuskan anak siak memperlakukan kajian-kajian keislaman yang biasa digelutinya selama di surau sebagai objek kajian ilmiah. Mereka diharuskan memandang kaji surau dengan perspektif akademis. Perguruan tinggi yang dimaksud di sini adalah perguruan tinggi yang semangat dasarnya berasal dari semangat ilmu pengetahuan modern ala barat.
Masalah yang lahir di diri anak siak adalah dia harus membiasakan diri dengan cara pandang kritis ala sikap ilmiah, bersabar menempuh prosedur akademis, dan melakukan konseptualisasi teoretis. Tidak ada yang sumbang dengan semua itu. Sebab sikap seorang thalib al-‘ilm memang seyogianya didasarkan pada prosedur ilmiah-akademis tersebut.
Masalah muncul dari karakter wacana akademis perguruan tinggi yang kerap kali mengutamakan sesuatu yang tercanggih (most sophisticated) dan terbaru (most uptodate). Hal-hal yang disangka tercanggih dan terbaru ini dipandang sebagai tanda dari semangat kemajuan. Pengutamaan itu acap mendorong anak siak mengkritisi khasanah kajiannya di surau dengan “mainan” tercanggih dan terbaru yang diperoleh di perguruan tinggi. Di sinilah letak masalahnya. Mainan-mainan itu belum tentu benar; kalau pun benar, belum tentu cocok dan baik untuk dipakai membedah-untuk-menyalahkan apa yang telah diperoleh selama di surau.
Di sisi lain, anak siak juga tidak mungkin menutup diri dari datangnya barang baru dan ikut serta merayakannya. Jika menutup diri, yang terjadi adalah bunuh diri intelektual, sebab memberikan bukti pada orang lain agar makin bisa dicap kolot dan kuno.
Lalu bagaimana sikap wajar yang harus dipasang anak siak ketika berada di tengah wacana akademis? Inilah yang akan diobrolkan bersama Tuan Guru Hasan Basri.[]
Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima sumbangan tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com
Sikap Wajar Anak Siak di Tengah Wacana Keislaman Akademis
Leave a Review