Pada 1937 Syekh Ahmad Taher mendirikan Madrasah di Jorong Bingkudu, sekitar 1,5 km utara MTI Canduang. Madrasah yang beliau dirikan diberi nama Madrasah Miftahul Ulumi Syari’ah (M.MUS) Canduang. Setelah mendirikan M.MUS Canduang, ia langsung jadi kepala sekolah dan guru besar, dibantu oleh guru lainnya seperti Angku Sawir dan Angku Junan.
Tujuan umum didirikan Madrasah Miftahul Ulumi Syari’ah untuk mendidik kader-kader ulama dan mempelajari Islam secara kaffah, khususnyaa untuk mendalami kitab-kitab kuning. Syekh Ahmad Taher juga membentuk kelompok-kelompok suluk Naqsabandiyah dan Syatariyah.
Demi kelancaran pendidikan, Syekh Ahmad Taher melengkapi sarana dan prasarana secara bertahap sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu. Dalam pembangunan gedung beliau menerima infak, sedekah, wakaf, dan sumbangan dari masyarakat. Berhubung gedung sekolah permanen belum ada, beliau menggunakan surau-surau yang ada di sekitar tempat tinggal beliau sebagai tempat belajar sementara. Diantaranya Surau Ganggo, Surau Gadang, Surau V Kampuang, dan Surau Baru. Santri beliau sudah dibagi perkelas. Belajar pada pagi hari sampai siang hari.
Baca Juga: Syekh Ahmad Taher dan M-MUS yang Didirikannya Bag I
Syekh Ahmad Taher menerima tanah wakaf beserta gedung bekas dari seorang warga masyarakat. Gedung itu diperbaiki dan dibagi tiga kelas dan satu ruangan untuk majlis guru. Tahun 1937 gedung itu ini diresmikan.
Untuk pembangunan sekolah dan gaji guru Syekh Ahmad Taher tidak mau menerima bantuan dan gaji dari pemerintah. Menurut Syekh Ahmad Taher dana pemerintah dan gaji itu tidak bersih. Adapun kelanjutan pembangunan sekolah dan gaji guru berasal dari infak, sedekah, wakaf, dan sumbangan masyarakat. Pada perkembangan berikutnya, gedung telah dibangun sampai tujuh lokal untuk santri dan satu ruangan guru.
Dalam rentang waktu 1945-1950 (M.MUS) Canduang mengalami kemajuan, terbukti dengan berdatangan murid dari berbagai penjuru daerah, diantaranya dari Bengkulu, Palembang, Riau, dan Aceh. Murid yang paling banyak berasal dari Bengkulu. Madrasah ini mengalami kemunduran setelah terjadi pemberontakan Pasukan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat tahun 1958, dan muncul Gejolak Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965. Antara 1965-1977 diaktifkan kembali, dan tak berselang lama 1977 non-aktif kembali sampai tahun 1990. Kemauan yang gigih dari murid-murid Syekh Ahmad Taher tahun 1991 sekolah ini diaktifkan kembali dan bisa berkembang sampai sekarang.
Saat ini, pesantren memiliki sarana dan prasarana gedung milik sendiri, kantor majlis guru, perpustakaan, masjid, tempat belajar malam, asrama. koperasi, UKS, dan labor. Labor masih dalam perbaikan karena ruang khusus labor komputer belum ada. Ruang labor sebelumnya dipakai untuk kelas tujuh tahun pelajaran 2015/2016 karena kekurangan ruangan belajar.
Kurikulum yang diterapkan Syekh Ahmad Taher di Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah adalah kurikulum lokal yang terdiri dari pelajaran agama, diantara mata pelajaran itu adalah:
-Nahwu (Matan Ajrumiyah,Mukhtasar Jidan,Khudhari Ibnu Aqil)
-Sharaf (Matan Bina dan kailani)
-Tasrif (Amsilatut tashrif)
-Fiqih (Matan Taqrib,Fathul qarib,Iaanatuthalibin1-4,dan Mahalli)
-Tafsir (Tafsir Jalalain,Khazain, dan Ahyatul Ahkam)
-Ushul Fiqih (Waraqat,Lataiful Isyarat,dan Jam’ul Jawami’)
-Hadist (Hadist Arba’in,Sanawani,dan Jawahirul Bukhari)
-Tauhid (Husunul Hamidiyah,Kifayatul Awam,dan Dasuqi)
-Akhlak (Akhlakulil Banin 1-2)
-Balagah (Qhawa’idullugatul ‘Arabiyah,dan Jauharul Maknun)
-Tarekh Islam (Tarikhul Islam 1-3)
-Mantiq (Idhahul Mubham)
-Tasawuf (Muraqil ‘Ubudiyah,Minhajjul ‘Abidin,dan Al-Hikam)
Syekh Ahmad Taher juga penulis buku. Ia menulis buku Kumpulan Zikir dan Doa’ yang lebih dikenal dengan sebutan pengajian Allahumma Anta Rabbi. Lebih kurang dua pertiga dari umur beliau digunakan untuk mengembangkan pendidikan Islam di kampung halaman beliau.
Syekh Ahmad Taher meninggal dunia pada hari Jum’at 13 Juli 1962. Syekh Ahmad Taher dimakamkan di samping Mesjid Raya Bingkudu tak jauh dari tempat kelahiran beliau.
Beberapa tahun setelah wafat Syekh Ahmad Taher, tepatnya pada tahun 1968, pelajaran umum atau kurikulum negara dimasukkan. Hal ini dilakukan agar santri bisa mengikuti ujian ujian Negara. Sampai saat ini di Madrasah Miftahul Ulumi Syariah tetap memakai dua kurikulum. Masuknya ilmu umum juga bertujuan supaya pasca tamatnya dari M.MUS Canduang, santri bisa berpartisipasi dalam mengembangkan ilmu agama dan umum. Kurikulum yang diterapkan sekarang adalah kurikulum kitab, dan kurikulum 2013.
Sekarang M.MUS Canduang dikenal dengan sebutan sekolah Khalafiyah karena menggunakan dua kurikulum, kurikulum Kitab dan kurikulum Negara. Untuk pelajaran kitab ada tiga belas mata pelajaran yang sudah dipaparkan di atas. Dan pelajaran umum dan madrasahnya ada enam belas mata pelajaran, diantaranya Matematika, Bahasa Ingris, Bahasa Indonesia, Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Arab, Fiqih Syari’ah, Sejarah Kebudayaan Islam, Al-Quran Hadis, dan Akidah Akhlak.
Pada awal didirikannya Madrasah Miftahul Ulumi Syari’ah pada tahun 1937 sistem pendidikan yang dipakai adalah sistem klasikal. Sistem halaqah tidak dipakai lagi. Sistem klasikal adalah sistem pendidikan memakai kelas santri, dibagi perkelas dan memakai bangku atau kursi. Pada sistem klasikal santri sudah dipisahkan sesuai dengan tingkat kecerdasan. Tetapi cara belajar hampir sama dengan sistem halaqah.
Untuk mengalokasikan waktu pelajaran, seluruh santri berkumpul pukul 7.10 – 7.30 WIB. Walupun masih ada santri yang terlambat datang ke sekolah. Waktu itu digunakan untuk melatih bakat santri berpidato. Pukul setengah delapan hingga pukul empat sore digunakan untuk proses belajar mengajar.
Selain itu juga ada tambahan belajar malam, khusus pelajaran kitab dengan guru yang telah ditentukan sekolah di Mesjid Raya Bingkudu dan asrama laki-laki. Belajar malam dimulai dari shalat Magrib berjamaah, kemudian hafiz/hapalan Qur’an sampai salat isya. Setelah salat isya baru belajar kitab sampai pukul 22.00 WIB. Belajar malam diagendakan setiap Senin sampai Rabu. Belajar malam ini dikhususkan untuk santri Tsanawiyah kelas satu sampai kelas tiga. Untuk hari-hari selanjutnya diisi oleh santri Aliyah dan Ma’had Ali (kelas tujuh).
Baca Juga: PPTI Malalo Tarbiyah Islamiyah tepi Danau Singkarak
Saat ini kepala Madrasah Miftahul Ulumi Syari’ah dipimpin Buya H. Maruzi dan Buya Firdaus YS S.Pd.I sebagai wakilnya. Ketua yayasan adalah Drs. H. Tarmizi Arito dan Zulhendri dan Zarfini sebagai wakilnya. Pimpinan Madrasah Aliyah oleh Zainal Z S.Pd.I dan Elfina S.Pd.I. Kepala Madrasah Tsawiyah dijabat oleh Hj.Nismar Spd.i. Tenaga pendidik di M.MUS Canduang sekarang ini berjumlah 28 orang guru Tsanawiyah, 30 orang guru Aliyah dan 12 orang guru Ma’had Ali..
Dengan begitu pesatnya perkembangan M.MUS Canduang sejak didirikan, Pesantren ini telah berhasil meluluskan ratusan santri yang sudah berhasil menjelajah ke berbagai negeri. Saat ini santri M.MUS Canduang berjumlah 290 orang. Mereka datang dari berbagi negeri, ada dari Jambi, Riau, Medan, dan dari Sumbar sendiri. Santri dari Sumbar rata-rata berasal dari Damasraya, Palembayan, Payakumbuh, Padang Panjang, Lubuk Basung, Matur dan lain-lain. Demi mendukung perkembangan bakat santri di luar jam sekolah, sekolah membuat beberapa kegitan ekstrakulikuler diantaranya olahraga seperti sepak bola, sepak takraw, voly, tenis meja, drum band, kaligrafi, hafidz, Hikmah Fajar Subuh (HFS) setiap subuh Jum’at dan lain-lain. Perkembangan bakat berorganisasi santri di M.MUS Canduang didirikan organisasi santri yang lebih dikenal dengan Ikatan Santri MUS (ISM) Canduang.[]
Leave a Review