Syekh Machdum, dikenal juga dengan Pakiah Wahi, merupakan salah satu pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Minangkabau pada tahun 1928. Beliau juga sebagai pendiri masjid Raya di Kenagarian Tanjung Bingkung Kec. Kubung Kab. Solok Provinsi Sumatera Barat Indonesia. Pada sewaktu wafatnya, beliau dikebumikan di Nagari Tanjung Bingkung tepatnya di belakang masjid Raya Tanjung Bingkung.
Beliau juga termasuk penganut paham Ahlussunah wal Jama’ah dan Mazhab Imam Syafi’i. Tidak hanya itu beliau juga melaksanakan Tarekat Naqsabandiyah dan Tariqat-tariqat Muktabarah lainnya.
Beliau menegakan paham Ahlussunah wal Jama’ah dan Mazhab Imam Syafi’i tersebut bersama-sama dengantokoh laian. Diantara tokoh tersebut ialah Syekh Abbas Al Qadi, Syekh Moh Saad, Syekh Khatib Muhammad Ali, Syekh Sulaiman Arrasuli, Syekh Abdul Wahid, Syekh Muhammad Jamil Jaho, Syekh Abdul Majid, Syekh Jalaluddin, Syekh Muhammad Arifin, Syekh Muhammad Salim, dan beberpa Syekh lainnya.
Pada tahun 1924, Syekh Machdum diusir dari Minangkabau oleh penjajah Belanda. Alasannya karena beliau mengeluarkan fatwa “haram hukumnya untuk membayar belesting atau pajak kepada orang kafir”.
Beberapa tahun kemudian, Syekh Machdum diizinkan kembali pulang ke Minangkabau oleh Penjajah Belanda, berkat pendekatan yang dilakukan oleh Syekh Chatib Muhammad Ali kepada Penjajah Belanda.
Baca Juga: Buya Siradjuddin Abbas Ulama Penulis dan Pemimpin Besar Perti
Sebelum pengusiran tersebut, beliau sudah belajar agam Islam juga di Makkah sejak tahun 1905 sampai 1915. Dan beliau telah memahami betul masalah usul fiqih. Sehingga sewaktu dibuang penjajah Belanda beliau berangkat ke Makkah dan beliau tidak diragukan lagi diangkat menjadi imam besar Masjidil Haram untuk mengajar di Masjidil Haram.
Beliau Syekh Machdum ini, orang Minangkabau kedua yang diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk mengajar di Masjidil Haram setelah Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Mufti Besar di Makkah.
Pada tahun 1920 di Solok Syekh Machdum telah mengubah sistem halaqah menjadi sistem berkelas. Sistem itu dimulai dengan 3 lokal dengan nama Madrasah Ahlussunah Wal Jamaah yang didirikan tepatnya di Nagari Tanjung Bingkung yang lebih dikenal dengan Suniyah School.
Berdasarkan hasil pertemuan tanggal 5 Mei 1928 di Canduang disepakatilah halaqah menjadi Madrasah Tarbiyah Islamiyah. Kemudian Syekh Sulaiman Arrasuli dikatakan bahwa yang mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah adalah sepulah orang yaitu: Syekh Sulaiman Arrasuli, Sykeh Abbas Al Qadhli, Syekh Chatib Muhammad Ali, Syekh Muhammad Jamil, Syekh Abdul Wahid As Shalilly, Syekh Muhammad Arifin, Syekh Jalaluddin, Syekh Abdul Majid, Syekh Alwi, dan Syekh Machdum.
Pada tangal 20 Mei 1930 diadakan kongres pertama Tarbiyah Islamiyah di Canduang Bukittinggi. Pada tanggal 9 s/d 14 Mei 1932 diadakan kongres kedua di Kota Payakumbuh.
Pada tanggal 25 s/d 30 April 1939 diadakan kongres ke III di Kota Padang.
Pada tanggal 23-24 Desember 1945 diadakan kongres ke IV di Bukittinggi.
Pada tanggal 5 s/d 9 Mei 1947 diadakan lagi kongres ke V di Bukittinggi.
Pada tanggal 20 s/d 25 Mei 1950 diadakan lagi kongres ke VI di Bukittinggi. []
Leave a Review