Alhamdulillah beberapa waktu lalu dapat berziarah ke makam salah seorang guru besar Tarekat Naqsyabandiah Sumatera Barat yakni Al-Allamah Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih. Padang Kandih ini bisa dikatakan adalah sebuah pusat keilmuan Islam di Minangkabau yang cukup terkemuka pada abad 19 hingga awal abad 20 menjadi tempat menunt ilmu bagi banyak pribadi-pribadi yang salik pada masa itu.
Perlu diketahui Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih merupakan ayah kandung dari salah seorang Tokoh penting Persatuan Tarbiyah Islamiyah yakni Syekh Abdul Wahid Ash-Shalihi (Beliau Tobek Godang). Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih adalah merupakan sosok yang amat penting ini semua terbukti dengan lahirnya tokoh-tokoh hebat dari campur tangan beliau, diantaranya ialah :
1) Al-Arif Billah Maulana Syekh Mudo Abdul Qadim (Beliau Balubuih)
Al-Arif Billah Maulana Syekh Mudo Abdul Qadim yang merupakan Tokoh Besar dalam hal Tarekat Sammaniyah dan Naqsyabandiah. Syekh Mudo Abdul Qadim telah mencetak ratusan murid-murid hebat bahkan ribuan. Beliau wafat pada tahun 1957 dimakamkan di surau beliau yakni di Balubuih. Dan perlu untuk diketahui juga, Syekh Mudo Abdul Qadim dalam hal Tarekat Naqsyabandiah beliau menyambungkan silsilah Tarekat Naqsyabandiah beliau kepada Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih yanag menjadi guru Syekh Mudo Abdul Qadim. Syekh Mudo Abdul Qadim sempat menikahi anak dari Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih yang bernama Maria.
Baca Juga: Ke Subarang, Makam Syekh Dt. Lopah, Guru Syekh Mudo Abdul Qadim
2) Syekh Muhammad Thayyib Umar Sungayang merupakan salah seorang ulama besar yang mendirikan Madras School di Sungayang Batu Sangkar yang mana di dalam campur tangan beliau banyak lahirnya tokoh-tokoh hebat salah satunya ialah Prof. Mahmud Yunus yang merupakan Tokoh Besar Pendidikan Islam Indonesia.
3) Syekh Muhammad Sa’ad Al-Khalidi Mungka
Syaikhul Masyaikh Minangkabau, Syekh Sa’ad al-Khalidi Mungka terkenal dengan perdebatanya dengan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawy lewat berbalas-balas buku. Kemasyhuran Syekh Muhahammad Sa’ad Mungka, menurutnya, paling tidak terlihat dari bantahan beliau terhadap Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawy lewat risalahnya yang begitu besar pengaruhnya di kalangan ulama-ulama masa itu. Polemik antara Syekh Sa’ad Mungka dengan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi bermula dari risalah yang ditulis imam besar Masjidil Haram itu. Risalah itu berjudul Izhar Zaghlil Kazibin fi Tasyabbuhihim bis Shadiqin (menyatakan kebohongan orang-orang yang menyerupai orang yang benar).
Syekh Sa’ad al-Khalidi Mungka membantah pendapat Syekh Ahmad Khatib dengan menulis buku pula, berjudul “Irgham Unufil Muta’annitin fi Inkarihim Rabithathal Washilin” (meremukkan hidung penantang), yaitu mereka yang mengingkari rabithah orang-orang yang telah sampai kepada Allah). Kitab ini kemudian dikirim ke Makkah lewat jamah haji. “Syekh Sa’ad menjelaskan bahwa tarekat Naqsyabandiyah asalnya dari syara’ berdasarkan dalil-dalil yang sharih dan yang tersirat….. ilmu tarekat ini ialah ilmu shudur (hati) bukan ilmu suthur (yang tersurat dalam kertas),”
Polemik belum berhenti. Pada 1907, Syekh Ahmad Khatib membantah dalil Syekh Saad Mungka dalam kitab berjudul “al-Ayatul Bayyinat fi Izalati Khurafat Ba’dhil Muta’assibin” (bukti-bukti yang nyata untuk menghilangkan khurafat sebahagian orang-orang yang fanatik). Kitab ini dibantah lagi oleh Syekh Sa’ad al-Khalidi Mungka dengan risalah berjudul “Tanbihul Awam ‘ala Taghrirat Ba’dhil Anam” (peringatan bagi orang yang awam akan tipuan sebahagian orang-orang). “Dalam kedua bukunya itu, terlihat keterampilan Syekh Sa’ad Mungka dalam berdebat itu semua terbukti lewat tulisannya yang tajam, kritis tetapi juga kocak,”
Peru diingat juga, di luar polemik perdebatan tersebut, hubungan antara Syekh Sa’ad Al-Khalidi Mungka dan Syekh Ahmad Khatib tak ada persoalan, Menurut Abuya Apria Putra, MA.Hum Ahli Sejarah Ulama Minangkabau, ” setelah perdebatan tersebut Syekh Sa’ad sempat bertemu dengan Syekh Ahmad Khatib dalam satu acara jamuan makan di Makkah. Mengutip keterangan Syekh Arifin Batu Hampar yang merupakan murid Syekh Ahmad Khatib, menurut Abuya Apria Putra,MA.Hum,
“Imam Besar Masjidil Haram tersebut mempersilahkan Syekh Sa’ad duduk di sampingnya. “Setelah usai makan minum, Syekh Ahmad Khatib dan Syekh Sa’ad Mungka tampak berbicara panjang lebar dalam suasana ramah-tamah. Seakan-akan di antara beliau berdua tidak pernah terjadi perdebatan sengit lewat kitab-kitabnya.”
Tambahan sedikit mengenai profil ataupun riwayat hidup dari Syekkh Sa’ad al-Khalidi Mungka, beliau pertama kali berangkat ke Makkah pada 1874. Ia kemudian bermukim di sana selama 26 tahun setelah berguru pada sejumlah ulama dari Makkah, Madinah, Yaman dan Mesir.
“Di Tanah suci beliau Syekkh Sa’ad al-Khalidi Mungka sempat menimba ilmu kepada ulama-ulama terkemuka seumpama Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Muhammad Hasbullah Al- Makki dan Syekh Ahmad bin Zainuddin Al-Fatani. Beliau dikabarkan juga pernah berguru kepada Mufti al-‘Allamah Az-Zawawi, guru Sayyid Usman Betawi yang masyhur,” Syekh Sa’ad Al-Khalidi Mungka wafat pada 1922 di Mungka. Ia dimakamkan di samping Masjid Surau Baru.
4) Syekh Thaha Limbukan
Syekh Thaha Limbukan yang juga merupakan ulama besar Tarekat Naqsyabandiah Khaludiyah pada abad ke- 19 dan awal abad ke-20 beliau bisa dikatakan adalah seorang “guru tuo” / asisten guru di Surau Padang Kandih di antara murid Syekh Thaha Limbukan yang terkemuka ialah Syekh Abdullah Halaban wafat (1926).
Baca Juga: Ziarah Makam KH. Muhammad Jaddawi bin Abu Bakar Syarifuddin
5) Syekh Abdul Wahid Ash-Shalihi
Syekh Abdul Wahid Ash-Shalihi merupakan Tokoh Penting Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang terkenal terkenal mempuni dalam ilmu-ilmu syari’at maupun Tarekat. Ia Merupakan juga merupakan anak kandung dari Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih.
Dan yang menjadi tambahan pada tulisan kali ini ialah Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih berguru kepada Syekh Ibrahim Kumpulan (Angguik Balinduang). Dari jalur inilah Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih menyebar mata rantai keilmuan Tarekat Naqsyabandiah, meskipun beliau telah lama wafat nama beliau masih menjadi perbincangan hangat di kalangan para pribadi-pridadi yang salik. Beliau Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih wafat pada tahun 1912 dan dimakamkan di mihrab surau beliau. Di makam beliau sering didapati oleh warga sekitar mengenai kekaromahan beliau yang bahkan hal tersebut telah menjadi buah bibir hal tersebut ialah sering tampaknya keluar cahaya dari makam beliau menjulang tinggi ke angkasa, saya yang awam ini menilai hal tersebut adalah sebuah kepantasan yang pantas ada pada diri beliau, cerita kekaromahan jikalau ia dibaca maupun diperdengarkan akan menjadi hal-hal baik bagi diri kita.[]
Semoga keberkahanya meliputi kita semua, amin, Allahumma Amin
Leave a Review