scentivaid mycapturer thelightindonesia

Tanda Ikhlas Menurut Syekh Musthofa Ahmad Abdunnabi

Tanda Ikhlas Menurut Syekh Musthofa Ahmad Abdunnabi
Ilustrasi/Dok.Istimewa

Tanda Ikhlas Menurut Syekh Musthofa Ahmad Abdunnabi

Setelah Syekh Musthofa Ahmad Abdunnabi -حفظه الله- menutup pengajian, beliau lantas melihat seorang dari hadirin yang sangat berat menahan kantuknya, kemudian bertanya:
“Apakah kamu begadang tadi malam?”

Dia menjawab: “Iya, untuk murajaah (mengulang-ulang) pelajaran ya Syekh”. Jawaban itu membuat sedikit gelak tawa dan keributan. 

Kemudian Syekh memandangi para hadirin dan bertanya kepada mereka:  “Apa itu tanda ikhlas?”

Mereka terdiam ragu dalam menjawab, namun beberapa hadirin mencoba menjawab spontan, yang pertama berkata: “Ikhlas itu ketika kita murajaah pelajaran, ya Syekh”.

Syekh berkata: “Murajaah itu dilakukan untuk menguatkan pemahaman dalam suatu  pelajaran”

Kemudian yang kedua berkata: “Ikhlas itu ketika kita merasakan bahwasanya kita tidak ikhlas”.

Kemudian Syekh bertanya: “Bagaimana maksudnya?” dengan raut muka terheran-heran dan dengan diiringi gelak tawa para hadirin.

Setelah itu Syekh berkata:
“Ikhlas itu ketika kalian melakukan suatu pekerjaan, kemudian mendapatkan kabar bahwa malaikat maut akan datang lantas kalian tetap fokus dan serius mengerjakan pekerjaan tersebut dengan tidak pergi ketakutan kemudian bergegas wudhu dan salat.

Begitupun halnya ketika kalian sedang melaksanakan salat dan malaikat maut akan datang, apakah kalian peduli akan mati dalam keadaan rukuk, sujud atau berdiri? Kalian akan tetap melaksanakan salat dengan fokus dan khusuk.

Baca Juga: : Meski Pendek, Surat Al-Ikhlas Jangan Diremehkan

Begitu juga ketika kalian sedang murajaah dan muthala’ah (membaca) kitab; sekalipun kitab adab dan mantiq (bukan kitab syar’i), lalu kalian diberi kabar akan mati sekarang, apakah lantas kalian buang kitab-kitab tersebut lalu mengambil al-Qur’an kemudian membacanya atau bergegas untuk salat? Kalau tidak demikian maka itulah tanda ikhlas, namun seandainya kalian malah bergegas untuk mengambil al-Qur’an dan meninggalkan muthala’ahmu, maka hati-hatilah dan lihat lagi niat yang ada di dalam dirimu! Apalagi menuntut ilmu itu sendiri adalah ibadah”.

Nasihat ini sangat dalam dan tajam sekali, saya hampir-hampir menangis di depan beliau jika tidak mengingat rasa malu ketika itu.

Apapun yang kita lakukan; entah itu mendidik generasi, belajar ilmu pengetahuan apapun itu, berkerja mencari nafkah untuk keluarga, bermain bersama keluarga, berjalan ke pasar, berjalan ke masjid, tidur, makan dan bahkan hal-hal sederhana dan kecil sekalipun, berusahalah untuk ikhlas dalam melakukannya, tandanya adalah dengan melakukan sepenuh hati dan fokus terhadap apa yang kita tuju, jangan hanya setengah-setengah, karena kita tidak pernah mengetahui kapan malaikat maut akan datang dan memutuskan seluruh kesempatan kita beramal di dunia ini.[]

Semoga Allah berikan kita hati yang ikhlas, Âmîn.

Afriul Zikri
Mahasiswa S1 Universitas Al-Azhar, Kairo