scentivaid mycapturer thelightindonesia

Tiga Cara Membaca Al-Qur’an Menurut Ulama Ahli Qiraat (Muqri’)

Tiga Cara Membaca Al-Qur'an Menurut Ulama Ahli Qiraat (Muqri’)
Ilustrasi/Dok. https://alif.id/

Di kalangan ulama ahli qiraat (muqri’), cara membaca al-Qur’an memiliki tiga metode yang berkaitan dengan tempo membaca yang biasa diamalkan oleh pembaca al-Qur’an. Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam kitabnya Qawaid al-Asasiyyah fi Ulum al-Qur’an menyebutkan bahwa dalam membaca al-Qur’an itu ada tiga cara:

Pertama al-Tahqiq

Metode membaca secara tahqiq ini mengusahakan makharijul huruf dan pelafalan huruf hijaiyah dengan tepat, memenuhi panjang pendeknya bacaan, juga memperjelas hamzah dan harakatnya. Selain itu, kaidah tajwid terkait izhar, idgham, serta hukum-hukum lainnya terkait huruf “nun” dan “mim” yang diberi harakat sukun juga diperhatikan betul. Tidak lupa dicermati kaidah waqaf, saktah, juga letak-letak pemberhentian ayat. Dengan cara yang demikian, lisan dibiasakan membaca al-Qur’an sesempurna mungkin.

Menurut Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, bacaan seperti di atas dianjurkan betul bagi para pelajar al-Qur’an, utamanya di tingkat pemula. Tujuannya supaya bacaan orang tersebut tidak melewati batas yang dapat mencederai bacaan al-Qur’an sendiri saat kelak sudah lebih lanyah, lancar membaca al-Qur’an.

Kedua al-Hadr

Cara ini adalah mempercepat bacaan dengan memperpendek bacaan-bacaan mad, tetapi tetap dengan memperhatikan tanda baca untuk menepati tata bahasa Arab dan memantapkan lafalnya. Cara yang paling sering diamalkan juga adalah mengurangi ghunnah, atau mengurangi panjang bacaan mad. Yang jelas, bacaan ini tidak mencapai cara membaca al-Qur’an yang sempurna sebagaimana tahqiq.

Baca Juga: Hukum Membaca Taawudz dalam Salat

Ketiga al-Tadwir

Cara ini merupakan pertengahan antara cara tahqiq yang begitu pelan dan mantap dengan cara hadr yang begitu ringkas dan cepat. Untuk metode tadwir ini, hal yang terpenting adalah bacaan-bacaan mad yang tidak dipenuhkan, seperti pada mad ja’iz munfashil, tidak sampai panjang enam ketukan. Tidak terlalu pelan, tetapi juga tidak disempurnakan betul. Hal yang terpenting dari ketiga bacaan itu, adalah pentingnya memahami tajwid dan pemberhentian baca al-Qur’an (waqaf).

Biasanya di bulan Ramadhan, para imam salat tarawih menggunakan metode bacaan dengan tempo hadr (cepat). Hal ini bagus. Akan tetapi banyak ditemukan imam yang membaca surat al-Fatihah ketika salat tanpa menjaga huruf-hurufnya. Banyak ditemukan misalnya imam yang tidak berhenti membaca antara satu ayat dengan ayat lain, tetapi akhir ayatnya malah dibaca waqaf (dimatikan). Membaca surat al-Fatihah, ketika bismillahirrahmanirrahim, langsung saja disambung alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Huruf mim pada bismillah dibaca sukun layaknya waqaf, padahal bacaannya disambungkan. Ini tidak boleh, karena kalau ingin tetap dibaca disambung, maka harakat huruf mesti dibunyikan, tidak disukunkan.

Misalnya bismillahirrahmanirrahimi, disambung alhamdulillahi rabbil ‘alaminar rahmanirrahimi maliki yaumiddini iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’inuh dinashshirathal mustaqima shirathalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdlubi ‘alaihim wa laadldlallin. Aamin.[]

Redaksi tarbiyahislamiyah.id menerima tulisan berupa esai, puisi dan cerpen. Naskah diketik rapi, mencantumkan biodata diri, dan dikirim ke email: redaksi.tarbiyahislamiyah@gmail.com

Zamzami Saleh
Calon Hakim Pengadilan Agama, Alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah MTI Canduang. Alumni al-Azhar Mesir dan Pascasarjana di IAIN IB Padang.