Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani, beliau diantara ulama Banjar yang memiliki pengaruh yang luas dalam masyarakat Martapura. Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan ulama generasi kesembilan dari keturunan ulama besar Banjar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari pengarang Kitab Sabilal Muhtadin sebagai ulasan atas Kitab Shiratal Mustaqim karya ulama Aceh Syekh Nuruddin al-Raniry.
Beliau lahir pada tahun 1942 dan berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Namun demikian Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah pribadi yang memiliki pribadi yang luhur. Pada usianya 7 tahun, Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani mengawali pengembaraan keilmuannya dengan belajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura selama enam tahun.
Semenjak beliau kecil, telah tampak sisi kelebihan dari ulama karismatik tersebut. Menurut penuturan kawan sepermainannya yang juga ulama dan penerjemah Kitab Sabilal Muhtadin ke versi Indonesia yaitu Professor Drs Aswadi Syukur, Lc, bahwa Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani telah terlihat sisi keutamaannya semenjak beliau kecil. Beliau tumbuh sebagai anak yang cerdas, pendiam dan memiliki akhlak yang mulia sehingga para gurunya sangat menaruh perhatian kepada Tuan Guru tersebut.
Baca Juga: Guru Zuhdi dan Tradisi Ngaji Duduk
Setelah menyelesaikan pendidikan Ibtidaiyah di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, pada tahun 1955 beliau melanjutkan pendalaman ilmunya masih di Darussalam Martapura. Namun telah mulai belajar kepada para ulama besar yang mengajar di Lembaga pendidikan tersebut. Di antara gurunya adalah Syekh Husein Qadri pengarang kitab doa mujarab Senjata Mukmin yang banyak beredar di Masyarakat Kalimantan dan Aceh. Guru yang lain adalah Syekh Muhammad Anang Sya’rani Arif yang juga lama belajar di Makkah seperguruan dengan ulama besar lainnya Syekh Kiai Muhammad Syarwani Abdan yang dikenal dengan Tuan Guru Bangil dan Pendiri Pondok Pesantren Datuk Kelampayan di Bangil.
Di antara guru yang sangat memengaruhi pembentukan keilmuan Guru Ijai Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah pamannya Syekh Semman Mulia yang juga seorang alim ‘allamah. Karena Syekh Semman lah yang sering membawa Tuan Guru Ijai untuk berjumpa para ulama demi mendalami ilmu tertentu seperti kepada Kiai M. Syarwani Abdan dan Sayyid Muhammad Amin Kutbi.
Setelah menyelesaikan pendidikannya Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, Aliyah di Darussalam Martapura, Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani masih merasa haus dan dangkal pengetahuannya. Sehingga mengantarkan beliau untuk belajar ke ulama-ulama kota Makkah seperti kepada Syekhul Masyayikh Syekh Hasan Muhammad al-Masyath, Musnidul ‘Ashr Syekh Muhammad Yasin Padang, Al Adib Syekh Sayyid Amin Khutbi, dan Al Muhaddits Sayyid Muhammad Alawy al-Maliki serta ulama lainnya.
Khusus kajian tasauf, beliau memperdalam kepada ulama Banjar yang tinggal di Bangil yaitu Syekh Kiyai Muhammad Syarwani Abdan yang juga ulama generasi ketujuh dari keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Setelah “matang” dalam penempaan para ulama, Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani kemudian menjadi ulama yang sangat memengaruhi iklim keagamaan masyarakat Martapura. Selain itu berbagai kalangan hadir untuk berjumpa beliau, meminta nasihat, doa dan arahan. Jadilah setiap waktu yang beliau lewati merupakan pengabdian untuk umat Islam secara menyeluruh. Beliau adalah ulama istikamah dan mutiaranya Kota Banjar. Sebagai figur dan tokoh sentral ulama Banjar, beliau telah mengisi para muridnya dengan ilmu, hikmah dan kebijaksanaan sehingga banyak muridnya yang melanjutkan estafet keulamaan setelah beliau wafat di antaranya adalah Tuan Guru Zuhdi yang wafat baru-baru ini.
Baca Juga: Puisi-puisi Raudal Tanjung Banua I
Adapun pusat kegiatan pengajian Abah Guru Sekumpul ialah di Musala besar ar-Raudhah Sekumpul Martapura sehingga beliau sering disebut dengan Abah Guru Sekumpul. Selain sebagai ulama, murabbi dan pendidik yang hebat, beliau juga pernah menulis beberapa kitab yang berisi ajaran tasawuf dan manaqib para ulama di antaranya Manaqib Syekh Muhammad bin Abdul Karim Samman yang merupakan Mursyid Kamil Mukammil dan Pendiri Tarekat Sammaniyah, Tuan Guru Muhammad Zaini adalah salah satu Mursyid Tarekat tersebut.
Setelah pengabdian yang besar untuk masyarakat Martapura dan sekitarnya, wafatlah Kiai karismatik ini di tahun 2005 dalam usia 63 tahun.[] Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.
Leave a Review