Renungan batiniyah atas wafatnya Buya Haji Idris Tuanku Mudo, Pimpinan Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Batang Kabung Koto Tangah Padang, Jum’at, tanggal 11 Maret 2022 Mesehi bertepatan dengan tanggal 8 Sya’ban 1443 Hijriah, pukul 15.20 di Rumah Kediaman beliau.
Wafatnya seseorang adalah suatu taqdir yang akan terjadi untuk seluruh umat manusia. Akan tetapi wafatnya seorang Ulama adalah suatu musibah untuk umat muslim, karena Ulama adalah pewaris Nabi. Wafatnya Ulama berarti hilangnya pewaris Nabi. Wafatnya ulama adalah musibah bahkan ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi sallam dalam sabdanya :
مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ
Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).
Hadist yang sudah mashur tentang wafatnya seorang ulama menyebutkan bahwa wafatnya ulama, berarti Allah telah mulai mengangkat ilmu dari manusia. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“
Kembali kerahmatullahnya Buya Haji Idris Tuanku Mudo dalam pengabdian aktifnya sebagai ulama ahli kitab, guru besar, pimpinan Pondok Pesantren dan mubaligh pencerah umat dalam usia lebih kurang 82 tahun (lahir 1940-11 Maret 2022) bukanlah musibah keluarga beliau dan keluarga besar Pesantren saja, tetapi adalah masyarakat Sumatera Barat dan umat Islam umumnya, sebagaimana dimaksudkan dua hadis di atas.
Ulama, Dai dan Khalifah Duo Silsilah
Perjuangan dan jejak keulamaan Buya Haji Idris Tuanku Mudo dikenal luas di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Medan, Aceh, Jakarta dan Kota-Kota besar lain di Indonesia, khususnya bagi jamaah ahlussunah, pengamal tarekat Syathariyah, baik yang punya silsilah keilmuan dengan almarhum Syekh Haji Salif Tuanku Sutan (Angku Batang Kabung), begitu juga dengan murid dan jamaah yang bersilsilah dengan Angku Salih Kiramat Sungai Sarik Padang Pariaman. Buya Haji Idris Tuanku Mudo berhimpun padanya dua amanah khalifah beliau di atas.
Amanah khalifah ilmu, dan silsilah dari dua ulama, yang melekat pada Buya Haji Idris Tuanku Mudo adalah kepercayaan guru, murid, jamaah, dan masyarakat luas yang telah beliau tunaikan sampai nafas terakhirnya. Gerak dakwah dan pencerahannya kepada umat sejak tahun 1960 an, sudah dirasakan begitu luas, kepemipinannya di PPMTI, pengasuhannya terhadap masyarakat Lubuk Buaya melalui Masjid Al Ihsan sejak 1972, dan peran keulamaan pada organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-Perti) tiada henti, itu semua adalah investasi kehidupan ulama yang menjadi warisan bagi umat di masa datang.
Baca Juga: HALAKAH 2019 IMTI Kota Padang Selesai
Ulama yang Dimuliakan dan Dihargai
Penghargaan dan pemuliaan umat, Pemerintah sejak dari nasional, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota Padang dan masyarakat terhadap Buya Haji Idris Tuanku Mudo telah ditunjukkan dengan menjadikan beliau sumber utama meminta nasehat dan bimbingan dalam agama, kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara formal penghargaan itu diberikan di antaranya pada bulan Juli tahun 2009 beliau adalah satu di antara 100 orang ulama Indonesia yang diberi penghargaan umrah ke Haramain oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyona (SBY). Pemerintah Kota Padang, pada ulang tahun Kota Padang tahun 2018 lalu memberikan penghargaan tokoh agama Kota Padang.
Pengabdian dalam mengerakkan dan mengayomi Madrasah Tarbiyah Islamiyah, jamaah ahlussunah waljamaah, dan organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah Perti) Sumatera Barat beliau adalah ulama yang istiqamah dan memberikan darma bakhtinya sebagai Pembina, Guru Utama, terakhir Pimpinan Pondok Pesanteren MTI, melanjutkan kepemimpinan atau kami sebut Khalifah Angku Batang Kabung.
Tonggak Tuo PPMTI Nan Taguah
Sejak penulis mulai mengenal beliau 1973 lalu, hampir setengah abad, perjuangan kiprahnya adalah bahan ajar bagi santri dan alumni PPMTI dan tentu akan menjadi amal jariyah yang akan memudahkannya menemui Allah sang khaliq. Buya Haji Idris Tuanku Mudo adalah satu dari 5 (orang) tiang pancang pendirian PPMTI sejak awal berdiri 13 Januari 1955 lalu.
Pahala jariah yang insya Allah terus mengalir pada beliau adalah kesungguhan, keteguhan dan keseriusan melakukan kerja ibadah sebagai salah satu tiang utama berdirinya Pondok Pesantren MTI Batang Kabung. Beliau selalu menceritakan pada santri setiap mendoa menutup tahun ajaran jelang libur Ramadhan tentang suka duka, dan pengabdian tulus Buya Batang Kabung, Buya Imam Maulana, Buya Jamaris Tuanku Mudo, Buya Yurnalis Tuanku Sutan, keempatnya sudah mendahului wafatnya, dan beliau dengan tugas tambahan menjadi “corong” MTI di masyarakat langsung pada pengajian dan kegiatan hari besar Islam.
Almarhum Buya kita ini adalah ulama yang aktif berdakwah dan mengisi ruhaniyah masyarakat yang sulit tandingannya hari ini. Kekuatan fisik dan ketabahan hati mendatangi umat dengan mengunakan kendaraan roda dua, merek Vespa, hampir semua wilayah di Sumatera Barat. Hebatnya lagi beliau bisa lebih dahulu datang pagi hari mengajar di halakah Surau Anjuang sebelum pukul 6.00 pagi, padahal semalamnya ia memberikan ceramah hari besar Islam di Sijunjung atau daerah lain yang jauh dari Padang.
Ulama Ahli Kitab dan Dai Umat
Keulamaan beliau dalam penguasaan kitab berbahasa arab standar, atau disebut juga kitab kuning, dapat disimak dari pengajarannya bagi kelas takhasus, kelas pendalaman kitab berbahasa Arab bagi santri yang telah menamatkan pendidikan tingkat Aliyah. Sulit dan tidak mudah menemukan hari ini ulama yang mampu membaca kitab standar, memahami Islam dari sumber utama, dan sekaligus juga memiliki kemampuan dakwah, tabligh dan ceramah agama, santun, arif, kocak dengan contoh-contoh yang hidup dalam masyarakat, yang disenangi oleh semua lapis masyarakat. Pada diri beliau berhimpun kekuatan penguasaan ilmu agama Islam dari sumber utama, ketrampilan ceramah yang mudah diterima umat dan sekaligus masyarakat senang bertemu dengan beliau.
Murabby (Pendidik) Istiqamah dan Bapak Umat
Penulis dapat merasakan denyut nadi dan gerak hidup perjuangan beliau sejak aktif dan terlibat langsung dalam mendirikan, mengerakkan dan memajukan lembaga PPMTI hampir setengah abad, oleh karenanya sebagai murid yang ikut pula mendampingi beliau, beralasan bila beliau dikatakan adalah murabby (pendidik) yang istiqamah dan bapak umat.
Sebagai murabby, pendidik orisinil, dan tulus dapat dicatat, beliau dari sejak berdiri PPMTI 1955 lalu, mulai Sekolah kayu reot, sampai saat beliau wafat, belum pernah meninggalkan tugas mengajar, mengasuh dan mendakwahkan PPMTI di berbagai daerah. Beliau juga adalah orotor ulung yang menjadi kebanggaan keluarga besar PPMTI, dan lebih dari itu beliau juga sosok ayah, kepala keluarga dan juga bapak anak siak yang dihormati.
Sebagai bapak dan tokoh umat beliau adalah figur yang multi talenta dan pekerja keras. Ketulusan dan kesungguhannya menyatukan masyarakat Batang Kabung dengan keluarga besar PPMTI tiada hentinya. Satu di antara jasa besar, dan amal jariah beliau yang di luar kompetensi keilmuannya, kini sangat besar manfaatnya, adalah membangun jembatan gantung di atas Sungai Batang Kabung.
Ketika proyek pengendalian banjir Sungai Muaro Penjalinan akan dibuat, perencana PU Sumatera Barat Ir.Yutior Yost, M.Si, yang aslinya orang Sikabu, sekampung dengan penulis, membuat perencanaan, Buya dan masyarakat meminta agar jembatan permanen nantinya dibuat. Sang perencana menyampaikan jembatan permanen dapat diusulkan bila di tempat ini sudah ada jembatan sementara.
Peluang ini disambut pimpinan PPMTI dan masyarakat, Buya Haji Idris Tuanku Mudo yang meminta jembatan gantung (rajang) dari masyarakat Sijunjung, lalu di bawa ke Batang Kabung, beliau pula yang menjadi pimpinan tukang, bekerja keras, dan semua urusan tekhnis yang diluar keahlian dapat beliau lakukan. Berkat adanya jembatan gantung karya Buya Haji Idris, PU Sumatera Barat membuatkan jembatan permanen ke seberang Sungai Batang Kabung.
Baca Juga: IMTI Kota Padang Selenggarakan Hari Latihan Kader Tarbiyah (HALAKAH)
Tidak ada maksud untuk mengkultuskan beliau, tetapi dengan di dasari tanggung kehidupan, penulis bersaksi beliau adalah ulama khasyatillah, ulama murabby (pendidik), dai, tokoh umat dan tentu juga suami, ayah, kakek dan dunsanak oleh keluarga besar beliau. Beliau wafat meninggalkan legacy keumatan dan keluarga besar yang jumlahnya besar. Akhirnya sebagai penutup kalam, wafatnya ulama adalah kehilangan suluh hidup, bintang petunjuk umat dan semua kita berharap beliau ditempatkan sisi Allah swt dengan tempat yang mulia, dan semua amal jariahnya terus kita rawat dan pelihara bersama. Padang, 12 Maret 2022/09 Sya’ban 1443H.
Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol & Alumni 1980 PPMTI Batang Kabung Padang
Leave a Review